Rabu, 15 Juli 2009

HAMIL DI LUAR NIKAH? BIASA!


Suatu waktu, saya pernah makan di sebuah warung sederhana. Warung itu terletak di suatu sudut pasar sebuah kampung. Ya sekedar cari makan yang murah dan halal gitu. Ketika saya sedang dengan lahapnya makan, tak sengaja saya mendengar pembicaraan dua orang laki – laki. Salah satunya seorang pemuda, dan yang satunya lagi seorang bapak – bapak yang tidak terlalu tua umurnya. Sebenarnya bukan maksud saya untuk mencuri dengar. Tetapi hanya saja karena warung itu tidak terlalu besar, tentu saja pembicaraan antara dua orang lelaki itu, yang juga nongkrong di warung tempat saya makan, terdengar secara otomatis.

Setelah beberapa pembicaraan berlalu, maka sampailah pembicaraan kedua orang itu kepada masalah keluarga.

“Oh ya! Gimana kabar adik perempuanmu itu?,” Tanya si bapak – bapak kepada pemuda itu, “udah lama gak ketemu, tentunya sekarang dia sudah besar.”

Si pemuda itu menjawab, “Wah iya Pak…anu…,” pemuda itu garuk – garuk kepala, “Adik saya itu kecelakaan.”

Sejenak si bapak – bapak itu nampak terkejut mendengar itu. Tetapi dari raut muka si pemuda itu, si bapak – bapak tersebut kemudian mengetahui bahwa yang dimaksud oleh si pemuda itu “kecelakaan” bukanlah “kecelakaan” yang dia maksud.

“Ooo…kecelakaan!,” bapak itu manggut –manggut sebagai tanda mengerti, “sekarang kalo seperti itu sih sudah biasa dik.”

Spontan sebenarnya aku terkejut mendengar komentar si bapak – bapak tersebut. Seolah – olah, beliau dengan begitu entengnya memberi komentar yang serupa itu. Padahal kalo menurutku suatu “kecelakaan” seperti itu janganlah dianggap “biasa”. Tentunya nantinya hal – hal demikian akan dianggap sebagai kebiasaan pula oleh masyarakat. Apabila sudah menjadi kebiasaan tentu saja pada masa – masa yang akan datang, tidak akan ada rasa bersalah lagi bagi mereka yang melakukannya.

Pergaulan bebas memang saat ini sudah mulai menjadi tren. Suatu hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 6 – 20% anak SMU dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan suami-istri pranikah. Lebih mengagetkan lagi, survei yang dilakukan terhadap mahasiswa – mahasiswa kedokteran di sebuah universitas swasta menyatakan bahwa 35% dari mereka sepakat tehadap adanya hubungan terlarang pranikah. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0207/08/ nas11.html).

Bukankah hal ini sudah mulai kelewatan. Legalisasinya sudah mulai muncul dengan adanya anggapan di kalangan muda – mudi sekarang yang menyatakan kalau tidak melakukannya berarti gak mengikuti jaman. Lebih jauh lagi, orang yang tidak mau melakukannya seringkali akan disebut kuno, ketinggalan jaman, homo, lesbi, lemah syahwat, dan apalah. Persepsi yang demikian tentunya sangat merusak moral.

Padahal kita tahu bahwa zinah adalah merupakan salah satu dosa besar. Kepada perempuan besuami yang berzinah saja hukumannya adalah dirajam sampai mati menurut syaria’at islam. Bagi pezinah yang tidak demikian tentunya hukumannya juga berat kan?. Seharusnya!

Kita juga tahu, kalo kita dengar cerita orang – orang tua dahulu, misalnya kakek – kakek dan nenek – nenek kita dalam mengarungi masa mudanya, tentulah tidak akan pernah mendengar ada cerita demikian dalam hidup mereka. Karena orang – orang jaman dahulu masih kental budaya ketimurannya. Karena belum adanya pengaruh budaya barat, maka hubungan antara pria dan wanita dalam persepsi mereka adalah sesuatu yang sakral. Tidak boleh dilanggar. Mereka menjadi serba sungkan kalau berada di dekat wanita yang bukan muhrimnya. Tentu saja dengan demikian mereka bisa menjaga dirinya dari zina. Mereka menganggap bahwa zina ini adalah tindakan yang tidak terpuji, tercela, kotor, sesat, tidak sesuai dengan budaya, tidak sesuai dengan agama. Dengan anggapan demikian kita bisa lihat orang – orang jaman dahululah yang labih kuat dalam menjaga bahtera rumah tangga mereka. Sulit sekali dijumpai kawin cerai pada masa dahulu.

Tapi sekarang, bukankah persepsi demikian sudah mulai berbalik 180 derajat? Kalaupun tidak terlalu besar saat ini, tetapi bisa diramalkan bahwa persepsi itu akan semakin meluas di masyaratakat dan dalam beberapa jangka waktu ke depan semua masyarakat akan memberikan persetujuan sosialnya terhadap masalah ini. Kalau hal pembiasaan semacam ini terus terjadi, dan persepsi positif mengenai pergaulan bebas pra nikah terus meluas hingga menimbulkan persetujuan sosial terhadapnya, bisa saja suatu saat nanti, kondisinya akan semakin parah. Pergeseran nilai – nilai luhur akan semakin mengarah pada budaya jahiliyah.

Dengan deikian, secara otomatis, selanjutnya, pikiran saya jadi melayang jauh. Misalnya saja sebuah contoh mengenai pergeseran persepsi ini dapat dilihat dalam kisah imajinasi saya berikut. Sekitar 40 tahun lagi dari sekarang, ketika saya sudah menjadi “orang”, saya kembali makan di warung tersebut. Warungnya bukan lagi warung yang sederhana seperti 40 tahun yang lalu, tetapi sekarang sudah bekelas restoran. Dan di warung tersebut saya kembali secara tak sengaja mendengar perbincangan antara dua orang yang mirip – mirip dengan perbincangan di atas. Misalnya perbincangan kali ini adalah antara dua orang, yang satu seorang tante – tante dan seorang lagi seorang wanita muda. Berikut perbincangan di antara keduanya.

“Oh ya! Gimana kabar adik perempuanmu itu?” Tanya si tante – tante kepada si wanita muda itu, “udah lama gak ketemu, tentunya sekarang dia sudah besar.”

Si wanita muda itu menjawab, “Wah iya Tante…anu…” wanita itu senyam – senyum, “Adik perempuan saya itu hamil setelah diperkosa orang banyak.”

“O…begitu!,” tante itu manggut –manggut, namun tidak nampak sekali bahwa dirinya terkejut mendengar itu, tidak seperti empat puluh tahun yang lalu. Lalu dia melanjutkan, “Wah, sekarang kalo seperti itu sih sudah biasa dik.”

Boleh saja ini hanyalah sebuah imajinasi. Tapi hal ini tentunya memungkinkan apabila suatu saat nanti akan terjadi demikian. Seperti kita ketahui apabila tidak ada suatu system yang revolusioner, budaya itu semakin lama akan semakin bergeser menuju budaya jahiliyah kembali, apabila semakin banyak manusia yang meninggalkan agamanya. Kalau memang nantinya benar – benar menjadi seperti itu, wah…Apa Kata Dunia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan beri komentar barupa kritik dan saran yang membangun demi kemajuan blog saya ini. Jangan malu - malu!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.